Sabtu, 27 Agustus 2016

Untuk magrib kali ini

Datangkanlah sepi oleh Mu
Wahai pemilik ku
Biar aku dan dedaunan yang tahu
Datangkanlah aku menjadi milik Mu
Datangkanlah sekali lagi badai badai itu
Biarkanlah aku memiliki Mu
Untuk magrib kali ini

Jumat, 19 Agustus 2016

Pagi

Pagi ini aku ingin bercerita pada ranting yang dilewati embun
Tentang pagi yang belum usai
Dan wajah jelas kenangan
Kota perlahan mati
Dan subuh pun diabaikan
Manusia hanya memikirkan tidur dan peluk istrinya
Pagi ini membunuh rinduku
Tentang remaja dan nakal
Dan sebuah kebodohan
Pagi ini bisakah burung layang itu tak berisik
Ia mengacau damai ku
Pagi ini aku pun memilih kebas dari rindu

Minggu, 14 Agustus 2016

Kami yang saling sangsi

Bangsa ku tua sudah kau ku kira
Sekarang saat memasuki usia mu yang lebih tua lagi
Kau dan aku saling sangsi
Sekarang warna bendera mu lebih segar
Tak pucat seperti zaman berhantu dulu
Namun dulu
Iya dulu......
Warna yang pucat begitu gagah
Dia berkobar dibawah sungai darah
Dahulu jahitan bendera mu tak seindah sekarang
Sekarang jahitan mu. Wah mewah sudah
Jahitan mu terlihat lebih rapi
Dan wah berkobar dari deretan tiang bendera negara berjuta
Tapi aku ragu
Apakah itu benar bendera mu yang beekibar 71 tahun yang lalu
Cobalah lihat bendera mu sekarang
Berbintik kotor dalam warnanya yang terang
Bintik yang tak terlihat
Bintik yang akan menentun kita
Kedalam zaman yang berhantu tersebut

Rabu, 03 Agustus 2016

Sembilan tahun ku

Ketika melihatnya seolah sejuta tahun yang telah mati hidup kembali. Dia berjalan diantara sederhana hidup. Dia tumbuh dengan putih serta aroma cintanya. Dia datang diwajah yang baru. Menyambut retak hati ku. Tak ingin kau ku gambarkan sempurna karena ku takut cemburu. Tau sajalah, tanah, udara, dan ketidak karuan ingin memiliki mu. Kau tahu kau telah menghidupkan sembilan tahun ku.