Selasa, 20 Desember 2016

Mu

Kau tahu
Angin berlalu
Kau tak bisa memaksa
Sebagai mana isi bumi
Memaksa mencintai mu

Sabtu, 17 Desember 2016

Tomat ku

Malam ku hisaplah diriku
Pada setumpuk itu
Malam ku datanglah pada ku
Pada pucuk rayu mu
Malam ku raya malam ku layu
Sejuta telah berlalu dan sedari itu hanya ada
Air
Angin
Dan luka
Aku tetap jengkel yang kau cubit
Pada sayat sayat penyiksaan ini
Cobalah rindu kepada ku
Wahai tomat ku

Rabu, 07 Desember 2016

Bergugurlah daun

Bergugurlah daun
Letih aku menunggu sore mu
Bergugurlah daun pada yang ada kau padanya
Bergugurlah daun dalam bisik mu
Daun yang lain jangan ganggu daun ku
Bergugurlah pada kau dan ada kau
Bergugurlah dalam perpisahan ini

Selasa, 15 November 2016

Siang ku bolong

Kau tak mampu melihat malam
Karena aku dalam gundah mu
Aku hanya mampu melihat mu
Dalam batasku
Seolah kita memilah dan memilih waktu
Mencaci dan mencerca siang
Kenangan siramlah panas ini
Aku pulang

Kamis, 10 November 2016

Basuh

Basuhlah letih ku sedikit
Dari tingkah mu geli
Kau rentang panjang masa lalu
Kau jalin jinjing hantam air
Aku kau kurung
Sekap benci aku
Aku kosong dan aku rindu
Pada taman kering
Dan daun yang tidur
Aku kering di tidur mu
Dan aku rindu pada
Tak kan ku urai
Kau mata jeli
Basuhlah aku

Senin, 10 Oktober 2016

Sejuk

Sejuk terpalah sedikit
Tak banyak yang dibutuhkan
Besi berkarat
Dan jalan rahasia
Sejuk datanglah sebentar
Damai dan jiwa
Sedikit aku lupa
Jadilah sebuah Bintik
Aku ingin
Sejuk adakah nyata
Atau makna dan tanda
Sejuk adakah kau di ranting
Atau bar penuh warna
Sejuk kau tak nyata
Kau adalah warna tak kenal ku kenal
Atau adalah tipis ku kenal
Kau adalah luka ku jaga
Kau adalah akhir sedikit bosan
Dan sore yang panjang
Wanita sejuk
Sejuklah dirimu

Senin, 26 September 2016

Embun

Tak bisa kita berkeluh
Karna apa yang kita tuntut
Ku tahu hari masih sejauh
Selayak badai yang menjaga daun
Dan berlanjutnya embun

Sabtu, 27 Agustus 2016

Untuk magrib kali ini

Datangkanlah sepi oleh Mu
Wahai pemilik ku
Biar aku dan dedaunan yang tahu
Datangkanlah aku menjadi milik Mu
Datangkanlah sekali lagi badai badai itu
Biarkanlah aku memiliki Mu
Untuk magrib kali ini

Jumat, 19 Agustus 2016

Pagi

Pagi ini aku ingin bercerita pada ranting yang dilewati embun
Tentang pagi yang belum usai
Dan wajah jelas kenangan
Kota perlahan mati
Dan subuh pun diabaikan
Manusia hanya memikirkan tidur dan peluk istrinya
Pagi ini membunuh rinduku
Tentang remaja dan nakal
Dan sebuah kebodohan
Pagi ini bisakah burung layang itu tak berisik
Ia mengacau damai ku
Pagi ini aku pun memilih kebas dari rindu

Minggu, 14 Agustus 2016

Kami yang saling sangsi

Bangsa ku tua sudah kau ku kira
Sekarang saat memasuki usia mu yang lebih tua lagi
Kau dan aku saling sangsi
Sekarang warna bendera mu lebih segar
Tak pucat seperti zaman berhantu dulu
Namun dulu
Iya dulu......
Warna yang pucat begitu gagah
Dia berkobar dibawah sungai darah
Dahulu jahitan bendera mu tak seindah sekarang
Sekarang jahitan mu. Wah mewah sudah
Jahitan mu terlihat lebih rapi
Dan wah berkobar dari deretan tiang bendera negara berjuta
Tapi aku ragu
Apakah itu benar bendera mu yang beekibar 71 tahun yang lalu
Cobalah lihat bendera mu sekarang
Berbintik kotor dalam warnanya yang terang
Bintik yang tak terlihat
Bintik yang akan menentun kita
Kedalam zaman yang berhantu tersebut

Rabu, 03 Agustus 2016

Sembilan tahun ku

Ketika melihatnya seolah sejuta tahun yang telah mati hidup kembali. Dia berjalan diantara sederhana hidup. Dia tumbuh dengan putih serta aroma cintanya. Dia datang diwajah yang baru. Menyambut retak hati ku. Tak ingin kau ku gambarkan sempurna karena ku takut cemburu. Tau sajalah, tanah, udara, dan ketidak karuan ingin memiliki mu. Kau tahu kau telah menghidupkan sembilan tahun ku.