Senin, 18 Juli 2022

lelaki tanpa rumah

Malam semakin larut dan akupun masih merangkaki malam karena tiada rumah yang ku tuju dan peluk yang ku miliki. Malam semakin larut dan bayangan mu bulan menggantung tenang dilangit menyinari pepohonan dan menimbulkan kesan yang lelah. Dibawah bayang batang tebu dibawah bayang rumput ilalang ku. Lewat aroma embun pagi aku coba untuk mengingat mu kembali. 

Aku masih ingat dan mestinya memang harus selalu ingat. Tentang mata rusa mu nan cantik. Tentang bibir mu yang elok sekali untuk di pandang. Tentu rambutmu tak akan akun lupakan aromanya. Aromanya yang ringan selalu menuntun ku pada nafsu ku. Memang yang tak pernah aku lupa adalah cara mu menatap ku. Kau mampu melihat luka ku dan seolah bisa mengobatonya. 

Malam semakin larut dan aku tentu masih ingat juga dengan suara mu yang ringan mengalir di udara. Tentang tawa mu dan cara marah mu. Semua adalah wujud rindu ku. 

Seandainya jika aku bisa berjumpa lagi dengan mu. Aku hanya ingin mengatakan kepada mu bahwa aku adalah lelaki yang kehilangan arah tujuan. Dan mestinya kau adalah yang ku tuju. Namun hidup memang seperti itu menurut ku. Dia mengantarkan kita pada jatuh cinta yang khusuk dan menuntun kita untuk mengecap rasa sakit yang ketagihan. 

Sekarang aku mendengar dari kabar yang dibawa oleh kunang kunang bahwa kau telah hidup selayaknya manusia kebanyakan menikah dan beranak. Dan tentunya juga sedikit pertikaian dengan suami mu atau tentang tatap mu tentang masa muda yang terlalu pendek. 

Malam masih jauh lagi menuju pagi dan aku masih juga jauh menuju diri mu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar